Minggu, 23 Desember 2012

TINGKAH LAKU UDANG VANAMEI

Gambar 1. Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)


Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) termasuk golongan omnivora atau pemakan segala. Beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polychaeta, larva kerang dan lumut. Sifat-sifat Penting udang vannamei antara lain yaitu aktif pada kondisi gelap (nokturnal), dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline), suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat, tetapi terus-menerus (continous feeder), menyukai hidup di dasar (bentik) dan mencari makan lewat organ sensor (chemoreceptor).


Klasifikasi Vannamei    
          Klasifikasi udang vannamei, yaitu
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

Morfologi Vannamei

Tubuh udang vanname dibentuk oleh dua cabang (Biramous), yaitu exopodite dan endopodite. Vannamei memiliki tubuh yang berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (Moulting). Bagian tubuh udang vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan sebagai berikut.
a. Makan, bergerak, dan membenamkan diri kedalam lumpur (Burrowing)
b. Menopang insang karena struktur insang udang mirip bulu unggas.
c. Organ sensor, seperti pada antena dan antenula.

Siklus Hidup Vannamei

Udang biasa kawin di daerah lepas pantai yang dangkal. Proses kawin udang meliputi pemindahan spermatophore dari udang jantan ke udang betina. Peneluran bertempat pada daerah lepas pantai yang lebih dalam. Telur-telur dikeluarkan dan difertilisasi secara eksternal di dalam air. Seekor udang betina mampu menghasilkan setengah sampai satu juta telur setiap bertelur. Dalam waktu 13-14 jam, telur kecil tersebut berkembang menjadi larva berukuran mikroskopik yang disebut nauplii/nauplius (Perry, 2008).

Gambar 2. Siklus Hidup Vannamei

Reproduksi Vannamei
Perilaku kawin pada Penaeus vannamei pada tangki maturasi dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti temperatur air, kedalaman, intensitas cahaya, fotoperiodisme, dan beberapa faktor biologis seperti densitas aerial dan rasio kelamin (Yano et al., 1988). Menurut Dunham (1978), bahwa adanya perilaku kawin pada krustasea disebabkan adanya feromon. Udang jantan hanya akan kawin dengan udang betina yang memiliki ovarium yang sudah matang. Kontak antena yang dilakukan oleh udang jantan pada udang betina dimaksudkan untuk pengenalan reseptor seksual pada udang (Burkenroad, 1974). Proses kawin alami pada kebanyakan udang biasanya terjadi pada waktu malam hari (Berry, 1970). Tetapi, udang Penaeus vannamei paling aktif kawin pada saat matahari tenggelam. Spesies Penaeus vannamei memiliki tipe thelycum tertutup sehingga udang tersebut kawin saat udang betina pada tahap intermolt atau setelah maturasi ovarium selesai, dan udang akan bertelur dalam satu atau dua jam setelah kawin (Wyban et al., 2005).
Gambar 3. Perilaku Vannamei Mating
BACA SELENGKAPNYA »»  

Kamis, 13 Desember 2012

IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Gambar 1. Nila (Oreochromis niloticus)

1.        Deskripsi Nila
Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika pada tahun 1969an. Ikan nila termasuk jenis ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan, memiliki sifat omnivora (memakan fitoplankton, perifiton, tanaman air, avertebrata kecil, fauna bentik, detritus dan bakteri yang berasosiasi dengan detritus) dan mampu mencerna makanan secara efisien serta pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap serangan penyakit.
Ikan nila memiliki bentuk badan pipih kesamping memanjang dengan garis-garis pada sirip ekor berwana merah sejumlah 6-12 buah, pada sirip pungung terdapat garis-garis miring, mata tampak menonjol & besar, tepi mata berwarna putih, mempunyai garis vertikal sepanjang tubuh 9-11 buah. Ciri khas ikan nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Selain itu juga memiliki karakteristik sebagai ikan parental care yang merawat anaknya dengan menggunakan mulut (mouth breeder).
Ikan nila merupakan ikan jenis tropis yang menyukai perairan dangkal. Ikan ini hidup di lingkungan air tawar, air payau dan air laut. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan tawar,  payau, tambak dan perairan laut.

2.        Klasifikasi Nila
Klasifikasi nila adalah sebagai berikut:
·           Kingdom       : Animalia
·           Filum       : Chordata
·           Sub-Filum     : Vertebrata
·           Kelas            : Actinopterygii
·           Ordo             : Perciformes
·           Famili            : Cichlidae
·           Genus            : Oreochromis
·           Spesies          : Oreochromis niloticus

3.        Perbedaan Nila Jantan dan Betina
Gambar 2. Nila jantan dan betina
(www.nila.com)
Perbedaan antara nila jantan dan betina yaitu:
·           Dagu nila jantan berwarna kemerahan atau kehitaman sedangkan dagu nila betina berwarna putih
·           Sirip dada nila jantan berwarna coklat kemerahan sedangkan sirip dada nila betina berwarna kehitaman
·           Perut nila jantan berbentuk pipih (ramping) dengan warna kehitaman sedangkan betina perutnya lebih buncit (menggembung) dan berwarna putih
·           Alat kelamin nila jantan berbentuk meruncing dan apabila dipijat akan mengeluarkan cairan berwarna putih kental sedangkan betina berbentuk seperti bulan sabit dan apabila dipijat akan mengeluarkan butiran telur
·           Nila jantan mempunyai 2 buah lubang yaitu anus & urogenital (urine & sperma) sedangkan nila betina mempunyai 3 buah lubang yaitu anus, genital/telur & lubang urine.

Gambar 3. Perbedaan kelamin jantan dan betina ikan nila
(www.artaquaculture.blogspot.com)

4.        Jenis-Jenis Nila di Indonesia
               Ikan nila di Indonesia terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
·           Nila JICA
Ikan nila JICA merupakan hasil pengembangan riset oleh Balai Besar Budidaya Air Tawar Jambi, dengan merekayasa genetic ikan nila. Ikan nila untuk riset didatangkan dari lembaga riset Kagoshima Fisheries Research Station di Jepang yang dibantu sepenuhnya oleh JICA (Japan for International Cooperation Agency). Ikan nila ini sangat disukai oleh pembudidaya karena pertumbuhannya yang cepat dan disukai oleh masyarakat.
·           Nila NIRWANA
Ikan nila Nirwana merupakan nila hasil pengembangan dari Balai Pengembangan Benih Ikan Wanayasa yang terletak di Purwakarta, Jawa Barat. Nirwana merupakan singkatan dari Nila Ras Wanayasa. Keunggulan nila Nirwana dibandingkan dengan nila biasa, yaitu : pertumbuhannya yang cepat karena dalam waktu enam bulan dapat mencapai bobot 1 kilogram. Kemudian bentuk tubuh yang lebih lebar dan kepala lebih pendek serta struktur daging lebih tebal.
·           Nila JATIMBULAN
Ikan nila jenis ini merupakan hasil perekayasaan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis PBAT Umbulan yang terletak di Pasuruan Jawa Timur. Keunggulan nila ini adalah pertumbuhannya yang lebih cepat dibandingkan dengan nila biasa dan struktur dagingnya yang lebih kenyal.
·           Nila LARASATI
Ikan nila Larasati merupakan nila hasil perekayasaan oleh PBIAT Janti, Klaten. Nila Larasati adalah singkatan dari Nila Merah Strain Janti. Ikan ini merupakan persilangan antara nila hitam dengan nila merah. Keunggulan nila Larasati yaitu pertumbuhannya seperti nila merah sedangkan reaksi pakannya seperti nila hitam, pemeliharaan lebih cepat, dagingnya lebih banyak dan SR (kelangsungan hidup) tinggi.
·           Nila BEST
Nila BEST merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar di Bogor Jawa barat. BEST adalah singkatan dari Bogor Enhanced Strain Tilapia. Keunggulan nila BEST ini yaitu : tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim, pertumbuhan lebih cepat, memiliki telur 3-5 kali lebih banyak dibandingkan ikan nila lainnya, larva yang dihasilkan relatif lebih besar, tahan terhadap penyakit dan tingkat hidup di atas 90%.
·           Nila GESIT
Nila Gesit adalah ikan nila hasil pemuliaan yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat. Gesit juga merupakan singkatan, yaitu Genetically Supermale Indonesia Tilapia. Nila  Gesit yang secara genetis diarahkan menjadi jantan super. Perbaikan  genetis, yaitu menciptakan kromosom sex YY yang dibuat dengan metode rekayasa kromosom sex  ikan nila jantan normal (kromosom XY) dan betina (kromosom XX). Keunggulan nila Gesit, yaitu : benih yang dihasilkan 90% adalah nila jantan, pertumbuhan 30% lebih cepat.
·           Nila SALIN
Nila salin adalah nila hasil inovasi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menghasilkan ikan nila salin yang toleran terhadap salinitas atau tingkat keasinan air lebih dari 20 ppt. Bibit  nila salin diperoleh dari seleksi nila sifat unggul melalui metode diallel crossing untuk mengetahui bibit yang tahan salinitas tinggi. Keunggulan nila salin yaitu selain kuat menghadapi salinitas tinggi juga dapat dipanen lebih cepat dengan tempo 3-4 bulan dihasilkan nila berukuran 250 gr dengan tebar benih awal ukuran 5-10 cm.
·           Nila SRIKANDI
Nila Srikandi adalah ikan nila  yang dihasilkan oleh Litbang Sukamandi, Jawa Barat.  Nila Srikandi merupakan singkatan dari Nila Ras Sukamandi. Keunggulan dari nila ini yaitu resisten terhadap salinitas 10 s/d 30 ppt.
·           Nila TA
               Nila TA belum banyak dikenal dikalangan masyarakat umum. Nila TA mirip dengan nila GIFT. Bedanya, terdapat pada garis-garis vertikal tubuh dan ujung sirip punggung lebih sedikit dibandingkan dengan nila GIFT. Selain itu, nila TA terdapat garis tepi berwarna merah pada sirip punggung dan ekor nila TA jantan.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Minggu, 09 Desember 2012

PRODUK PROBIOTIK IKAN DAN UDANG


Gambar 1. King's Prawn Super-N
King's Prawn Super-N  merupakan probiotik yang bervitalitas tinggi, memudahkan berkembangnya bakteri yang menguntungkan dan menekan bakteri yang merugikan seperti Vibrio sp, sehingga dihasilkan ekosistem yang baik dan seimbang serta memperkecil resiko timbulnya penyakit.
Komposisi                  : Bacillus subtilis, Nitrosomonas sp dan Nitrobacter sp dengan kepadatan Min. 2,5 x 108 cfu/ml.
Dosis dan cara pemakaian :
·         Masa Persiapan
Setelah air masuk 30 cm, gunakan 3-5 ppm KP SUPER – N, yang digunakan untuk pertumbuhan plankton serta meningkatkan populasi bakteri yang menguntungkan dan isi air lagi sesuai kondisi kolam
·         Tahap Awal
Berikan 0,5 – 1,0 ppm (5-10 Liter/ha) per minggu
·         Tahap Pertengahan
Berikan 0,5 – 1,5 ppm (5-15 Liter/ha) per minggu.
·         Tahap Akhir
Berikan 1-1,5 ppm (10-15 Liter/ha) per minggu
Berikan sekitar jam 08.00-11.00 pagi (saat cuaca cerah), sesudah pemberian pakan dan nyalakan kincir selama pemberian SUPER-N.
Peringatan khusus    : disimpan pada suhu ruang atau 25 oC dan hindarkan dari sinar matahari secara langsung. Dikocok sebelum dipakai.
No. Registrasi            : Izin prinsip KKP No. 3747/DPB/PB.430.D4/VII/2012 
Indikasi                      :
·         Menguraikan NH3 dan NO2 di air dan dasar tambak
·         Menguraikan bahan organik, lumpur dan suspensi
·         Mencegah pembusukan dasar tambak
·         Meningkatkan perkembangan plankton yang menguntungkan
·         Mencegah stress
·         Efektif dalam suasana aerob dan anaerob
·         Efektif pada kisaran (pH, salinitas, suhu) yang luas
·         Non-residu, tidak menimbulkan residu dan tidak berefek samping


 Gambar 2. KP Probiotik
King’s Prawn Probiotik merupakan probiotik yang bervitalitas tinggi sehingga memudahkan berkembangnya bakteri yang menguntungkan dan menekan bakteri yang merugikan, sehingga dihasilkan ekosistem yang baik dan seimbang. Dengan kandungan bakteri yang tinggi dan multienzim yang menguntungkan (protease, laktase, amilase, lipase) serta mikroorganisme alamiah (Bacillus sp) akan membuat King’s Prawn Bacs mampu meningkatkan hasil produksi.
Komposisi : Bacillus sp (Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis dan Bacillus megaterium) dengan kepadatan Min. 2,5 x 108 cfu/ml.
Dosis dan cara pemakaian :
Persiapan Lahan          :
·         Setelah dasar tambak dibajak dan diproses pengapuran selesai, isi dengan air ± 10 cm
·         Tebar merata sebanyak 1 ppm (10 Liter/ha), biarkan selama seminggu
·         Tambahkan lagi 0,5 ppm (5 Liter/ha) 2-3 hari sebelum tebar.
Pemeliharaan               :
Untuk menjaga kestabilan warna air gunakan 5 Liter/ha setiap minggu selama proses budidaya. Jika terjadi warna plankton putus dan over blooming, gunakan 5-10 Liter/ha per 2 hari sampai kondisi warna air stabil.
Jika terjadi gejala penyakit atau stress gunakan 10 Liter/ha sampai kondisi udang normal kembali.
Peringatan khusus   : disimpan pada suhu ruang atau 25 oC dan hindarkan dari sinar matahari secara langsung. Dikocok sebelum dipakai.
No. Registrasi            : Izin prinsip KKP No. 3747/DPB/PB.430.D4/VII/2012 
Indikasi                      :
·         Meningkatkan perkembangan plankton yang menguntungkan
·         Menstabilkan dan meningkatkan kualitas air
·         Mencegah pembusukan dasar tambak
·         Cepat bereaksi dan nyata hasilnya
·         Mencegah berkembangnya penyakit
·         Mencegah stress
·         Mengurangi bahan-bahan beracun (NH3, H2S dll)
·         Meningkatkan produksi panen
·         Menekan atau menghilangkan bahan organik dan suspensi yang merugikan
·         Menghilangkan gelembung/busa
·         Dicampur untuk pakan memperbaiki sistem pencernaan dan mempercepat penyerapan gizi makanan dengan dosis 1 kg pakan dicampur 20 ml (1 tutup botol)
BACA SELENGKAPNYA »»  

CP

CP King's afiesh sp :
pasoedja_lahat@yahoo.co.id atau pasoedjalahat@gmail.com






BACA SELENGKAPNYA »»  

Rabu, 05 Desember 2012

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP PERIKANAN

Isu pemanasan global saat ini bukan sekedar isu, tetapi memang nyata dan dapat kita lihat serta rasakan dari fenomena yang ada seperti perubahan iklim. Selain itu, kenaikan permukaan air laut, penurunan hasil panen pertanian dan perikanan, serta perubahan keanekaragaman hayati. Ketika cahaya matahari mengenai atmosfer serta permukaan bumi, sekitar 70% dari energi tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh tanah, lautan, tumbuhan serta benda-benda lainnya. 30 % sisanya dipantulkan kembali melalui awan, hujan serta permukaan reflektif lainnya. Tetapi panas yang 70% tersebut tidak selamanya ada di bumi, karena bila demikian maka suatu saat bumi kita akan menjadi “bola api”.
Fenomena terjadinya pemanasan global adalah akibat semakin meningkatnya gas buang penyebab efek rumah kaca (green house effect) yang terjadi di atmosfer pada lapisan troposfer. Gas buang ini antara lain uap air, CO2, CO, CH4, N2O dan gas-gas lainnya yang mengabsorpsi radiasi infra merah, sehingga meningkatkan temperatur rata-rata di permukaan bumi. Kegiatan manusia merupakan penyebab utama peningkatan gas rumah kaca yang ada sekarang. Sumber-sumber GRK sangat beragam, tetapi yang terutama adalah CO2, CH4 dan Chloro Fuoro Carbon (CFC) (Suratama, 2001).
Manfaat atmosfer secara langsung terhadap permukaan bumi, antara lain :
· untuk mengatur dan menyaring sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi sehingga suhu di permukaan bumi tidak berubah dengan ekstrim
· sebagai medium bagi penjalaran gelombang bunyi
· mengatur sirkulasi udara
· sebagai penahan radiasi matahari
· sebagai tempat tersedianya gas oksigen bagi pernafasan dan pembakaran
Atmosfer tidak hanya memberikan manfaat seperti yang telah disebutkan di atas, akan tetapi atmosfer juga memberikan beberapa dampak negatif. Fenomena yang berkembang belakangan ini adalah efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Kondisi ini pada akhirnya akan berakibat buruk terhadap permukaan bumi, termasuk bagi dunia perikanan, antara lain :
a. Menurunnya Produksi Ikan
Menurut Suratama (2001) khusus di Bali, dampak pemanasan global sudah mulai tampak dengan naiknya permukaan air laut, turunnya produksi ikan di Benoa dan Pengambengan serta turunnya kualitas dan persediaan air tanah. Abrasi di pantai Kuta misalnya, sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan, belum lagi intrusi air laut ke sumur-sumur penduduk.
b. Rusaknya Ekosistem Karang
Rahayu (2009) menyatakan bahwa lautan menyerap CO2 dari atmosfer sekitar 2.2 giga ton per tahun atau 30% dari total CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia (JGOFS, 2000). CO2 yang masuk kedalam laut berbentuk asam karbonat (carbonic acid) yang akan membuat laut semakin asam. Hal ini akan membuat pH air laut turun dan juga menurunkan konsentrasi ion karbonat.
Berkurangnya ion karbonat akan menurunkan kemampuan karang untuk membangun kerangka dan struktur kerang tulang punggung gugusan koral. Perubahan suhu laut yang mendadak dapat berdampak negatif, yaitu menurunnya kualitas hingga kerusakan ekosistem laut dan pesisir seperti pemutihan (bleaching) terumbu karang dan kematian budidaya pesisir. Suhu optimum untuk pertumbuhan terumbu karang adalah 25°C-29°C. Peningkatan suhu permukaan laut antara 1°C hingga 2°C biasanya akan diikuti oleh bleaching pada koloni yang tidak tahan terhadap perubahan lingkungan. Pada waktu El Nino kuat yang terjadi pada tahun 1997-1998, coral bleaching terjadi di beberapa wilayah perairan pesisir seperti Sumatera Barat, Sumatera bagian timur, Kepulauan Seribu, Bali, Karimunjawa, Gili Lombok, dan Kalimantan Timur (Hendiarti, 2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertukaran gas CO2 antara laut dan atmosfer dikarenakan perubahan suhu air laut (menghangat) akan berdampak pada penambahan gas CO2 di atmosfer.
Para ilmuwan dari Universitas Plymouth di Inggris melakukan evaluasi dampak karbon dioksida yang diserap laut melalui sebuah studi di lubang CO2 alamiah yang ditemukan di Laut Mediterania. Studi tersebut menunjukkan bahwa di dekat lubang dasar laut ini, CO2 membuat air menjadi lebih asam dan mengakibatkan hilangnya keanekaragaman laut dalam perbandingan yang sama dengan pengasaman. Karena berkurangnya kalsium di air yang asam, kerangka keong menjadi hancur dan terumbu karang tidak dapat terbentuk. Dr. Carol Turley dari Laboratorium Laut Plymouth mengatakan, “Ini berarti satu-satunya cara untuk mengurangi pengasaman laut adalah dengan pengurangan emisi CO2 dalam jumlah yang besar."
c. Ikan-Ikan Hiu Terancam Punah
Studi baru-baru ini yang dimuat dalam jurnal Pelestarian Biologi menyatakan bahwa populasi dari banyak spesies ikan hiu yang berkurang dengan cepat membuat para ilmuwan prihatin tentang dampaknya terhadap ekosistem laut secara keseluruhan. Kelompok-kelompok pelestarian menyerukan agar dilakukan langkah-langkah global untuk melindungi ikan hiu itu, bahkan beberapa jenis hampir lenyap sama sekali.
d. Spesies Anjing Laut Punah
Setelah tidak terlihat selama lebih dari 50 tahun, anjing laut di Karibia atau India Barat sekarang dinyatakan punah. Anjing laut subtropis yang pernah ditemukan secara berlimpah di Laut Karibia, Teluk Meksiko, dan sebelah barat Samudera Atlantik, pada dasarnya diburu sampai punah. Dua spesies berhubungan lainnya, anjing laut Mediteranian dan Hawai baru-baru ini terdaftar sebagai satwa yang terancam punah, dengan perlindungan intensif yang diperlukan untuk menghindari kepunahan.
e. Laut Tidak Asin Lagi
Sejak akhir tahun 1960-an, sebagian besar air Samudra Atlantik Utara menjadi kurang asin (Mahale, 2009). Penyebabnya adalah peningkatan jumlah air tawar yang masuk ke laut akibat pemanasan global. Kini untuk pertama kalinya para peneliti mengukur aliran air tawar yang masuk, memungkinkan mereka untuk memperkirakan efek jangka panjang terhadap lautan dunia. Perubahan iklim di belahan bumi utara telah melelehkan gletser dan membawa lebih banyak hujan dan menyebabkan lebih banyak air tawar mengalir ke laut. Akibat langsungnya adalah kenaikan permukaan air laut dan tenggelamnya wilayah pesisir. Bila banyaknya air tawar yang masuk ke laut mengubah aliran ini baik musiman maupun jangka panjang maka ia akan mempengaruhi banyak hal, mulai terbentuknya badai hingga banjir dan udara panas maupun dampak ekologi terhadap kehidupan organisme di laut. Pengaruh lainnya adalah dengan mencairnya es di kutub, maka akan meningkatkan permukaan air laut Mahale (2009).
Kenaikan suhu permukaan ini juga menyebabkan mencairnya permukaan es di dunia yang keseluruhannya seluas 23 juta km2 maka air laut akan naik 1,7 % atau sekitar 180 ft, yang bisa menenggelamkan 20 tingkat gedung Empire State di New York (Hendrickson, 1984).
f. Pengaruh Terhadap Organisme Laut
Hasil penelitian Global Coral Reef Monitoring Network menunjukkan, lebih dari dua pertiga terumbu karang di seluruh dunia telah rusak, bahkan terancam punah (Arvian, 2006). Ancaman ini tak lain karena adanya pemanasan global yang tengah terjadi. Laporan yang dipublikasikan awal minggu ini menyebutkan, berbagai ancaman dapat berisiko bagi kelangsungan terumbu karang, semisal polusi, pencemaran, penangkapan ikan berlebihan, kenaikan temperatur, dan penggunaan sianida dan bom untuk menangkap ikan. Pasalnya, kenaikan temperatur secara mendadak meski kecil menyebabkan terumbu karang "memutih" karena terlepasnya ganggang dari jaringan terumbu (Arvian, 2006). Laporan Global Coral Reef Monitoring Network juga menyebutkan kepunahan terumbu karang menyebabkan hilangnya daerah pesisir, dan membuka peluang terjadinya pengikisan yang disebabkan gelombang laut.
Meningkatnya temperatur, kenaikan jumlah CO2 yang dirasakan air laut membuat jumlah karang yang dapat mengeras karena kapur atau tengah membentuk terumbu menurun. Sebab itu, para peneliti yang tergabung dalam Global Coral Reef Monitoring Network mengusulkan pengurangan emisi gas CO2 dan efek rumah kaca lainnya untuk menyelamatkan terumbu (Arvian, 2006). Kerusakan terumbu karang secaa tidak langsung mengancam kehidupan organisme lain yang menghuni terumbu karang. Selain itu terumbu karang juga dikenal sebagai tempat mencari makan dan memijah bagi sebagian besar organisme. Kerusakan terumbu karang bisa berdampak punahnya sebagian besar organisme. Salah satu keuntungan pemanasan global yaitu pada Caulerpa taxiola yang merupakan tumbuhan lunak berwarna hijau cerah berukuran kecil, hidup di wilayah perairan pasifik tropis yang mati apabila suhu turun di bawah 700 F (Ehrlich, 2000).
Untuk itu kita sebagai manusia yang memiliki kemampuan dalam berfikir harus menjaga ekosistem lingkungan. Menjaga ekosistem tersebut dapat dilakukan dengan menanam tanaman (penghijauan) baik di pantai maupun di daratan, mencegah penggundulan hutan dan lain-lain. Selain itu, kita tidak boleh merusak ekosistem yang sudah ada seperti cagar alam, hutan lindung, konservasi sumber daya alam dan hewan dan sebagainya supaya lingkungan tetap seimbang. Mari bersama-sama menyelamatkan bumi kita dari global warming untuk kemaslahatan umat di dunia.
BACA SELENGKAPNYA »»