Kamis, 21 Februari 2013

PENYAKIT EARLY MORTALITY SYNDROME (EMS) PADA BUDIDAYA UDANG

Gambar 1. EMS pada udang

Early Mortality Syndrome (EMS) merupakan jenis penyakit baru yang menyerang pada budidaya udang baik udang vaname maupun udang windu. Dinamakan penyakit EMS karena  penyakit ini menyerang pada budidaya udang saat masih berumur 20-30 hari setelah tebar dan mengakibatkan kematian massal. Sina (2012) menyatakan bahwa penyakit EMS belakangan sering disebut sebagai Acute Hepatopancreatic Degenerative Nephrotic Syndrome (AHDNS).
Penyakit EMS pertama kali dilaporkan mewabah di China tahun 2009. Pada awal tahun 2010 penyakit ini menyebar ke Vietnam dan Malaysia serta menyusul ke Thailand.
Dugaan sementara yang disampaikan adalah bukan disebabkan karena bakteri atau virus, melainkan karena penyebab lain. Diantaranya residu pestisida yang terakumulasi di hepatopancreas atau racun yang dikeluarkan oleh Blue Green Algae (BGA) dan dinoflagellata (Widigdo, 2012).
Menurut Sinaro (2012), udang yang terserang penyakit EMS menunjukkan gejala warna tubuh sama dengan warna air, gerakannya lesu, susah ganti kulit, dan enggan makan. Dalam hitungan hari terjadi kematian yang mendekati 100%. Setelah udang dibedah, hepatopankreasnya menyusut dan bergaris keputihan serta hitam. Selain itu, kulit udang lembut, warna kulit lebih gelap dan terjadi kegagalan ganti kulit. Kasus ini dipicu racun yang dilepaskan oleh BGA dan dinoflagellata seperti mikrosistin, nodularin dan saxitoxin yang menghambat sintesis protein pada organ saat benur masih berumur 10-15 hari. Toksin mikrosistin diproduksi oleh BGA dari spesies Anabaena, Microcystis dan Anabaenopsis sedangkan nodularin diproduksi Nodularia spumigena dan saxitoxin dikeluarkan oleh semua spesies dan dinoflagellata. Toksin itu stabil dalam air dan tahan panas sampai suhu 100°C. Meningkatnya toksin dipicu tingginya konsentrasi fosfat (di atas 1 ppm), pH di atas 8, kandungan Fe lebih dari 0,1 ppm dan minimnya aerasi.
Gejala terhadap udang yang terserang EMS adalah udangnya lemah (tidak mau bergerak), nafsu makan menurun, tidak mau makan, hepatopankreas mengkerut berwarna pucat keputih-putihan disertai garis-garis menghitam, berwarna lebih gelap dari normal dan mengalami moulting (hampir mirip gejala udang terinfeksi bakteri) dan ukuran tubuh tidak proporsional (kepala lebih besar dari badan). Lalu ada gejala serangan terjadi saat moulting atau pasca moulting, waktu serangan terjadi pada pagi hari, serta umur udang terserang antara 20–30 hari (Widigdo, 2012). Selain itu, ciri-ciri klinis yang mudah kita kenali adalah dari hepatopankreas udang akan berwarna hitam, kadang merah dan umumnya kuning dan mengecil.

Daftar Pustaka
Sina, SD. 2012. RI Impor Udang, EMS Mengancam. http://www.shnews.co.
Sinaro, SD. 2012. EMS Berpotensi Mewabah Siapkan Strategi Mencegah. http://www.agrina-online.com.
Widigdo, B. 2012. Kenali EMS Lebih Dini Agar Terhindar. http://www.trobos.com.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Senin, 11 Februari 2013

IKAN LELE (Clarias sp)

 
 Gambar 1. Ikan Lele (Clarias sp)

1.        Deskripsi Ikan Lele
Ikan lele (Clarias sp) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar. Ikan lele termasuk ikan jenis catfish atau kata lain ikan yang memiliki kumis. Ciri dari ikan lele yaitu bentuk tubuh memanjang dan agak bulat, pada sirip dada terdapat duri yang keras dan runcing/tajam (patil), warna tubuh belang dengan kepala pipih dan terdapat kumis serta licin karena tidak memiliki sisik. Kemudin ikan ini memiliki alat pernafasan tambahan berupa dari modifikasi dari busur insangnya yaitu arborescent. Dibeberapa daerah ikan lele mempunyai banyak nama. Antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Banjarmasin), ikan keling (Makassar), ikan lele atau lindi (Semarang).
Habitat ikan lele adalah sungai dengan arus air yang tenang seperti danau, rawa, telaga dan waduk. Ikan lele memiliki sifat nokturnal, yaitu aktif dan bergerak mencari makanan pada malam hari sedangkan pada siang hari hanya berdiam diri dan berlindung di tempat gelap.

2.        Klasifikasi Ikan Lele
Klasifikasi ikan lele menurut SNI (2000), yaitu:
Filum               : Chordata
Kelas               : Pisces
Subkelas          : Teleostei
Ordo                : Ostariophysi
Subordo          : Siluroidae
Famili              : Clariidae
Genus              : Clarias
Spesies            : Clarias sp

3.        Perbedaan Ikan Lele Jantan dan Betina
Perbedaan antara ikan lele jantan dan betina, yaitu:
·    Bentuk kepala jantan lebih kecil dari lele betina
·    Warna kulit dada lele jantan lebih gelap bila dibandingkan lele betina
·    Lele jantan pada alat kelamin (papilla) agak menonjol dan memanjang ke arah belakang sedangkan betina membulat
·    Gerakan lele jantan lebih aktif dan lincah sedangkan lele betina tidak
·   Tulang kepala pendek dan agak pipih pada lele jantan sedangkan lele betina panjang dan agak sembung
·    Perut lele jantan lebih ramping dan kenyal sedangkan betina buncit atau gembung dan lembek
·  Lele jantan tidak dapat distriping sedangkan betina dapat. Jika dstriping lele betina akan mengeluarkan telur.
a
b
Gambar 2. Lele Jantan (a) dan Betina (b)

4.        Jenis-Jenis Ikan Lele di Indonesia
·           Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Lele dumbo adalah ikan lele yang diintroduksikan ke Indonesia dari manca negara  yaitu Taiwan pada tahun 1986. Lele dumbo mempunyai pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai ukuran besar dalam waktu relatif pendek. Karena sifat cepat tumbuh dan besar/gemuk badannya itulah, maka diberi nama  lele dumbo. Menurut keterangan peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BPPAT) Bogor, sebenarnya lele dumbo yang satu ini adalah hibrida atau hasil kawin silang antara jenis ikan lele asli Taiwan dan jenis lele dari Afrika.
·           Lele Sangkuriang
Lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetika lele dumbo melalui silang balik (backcross). Perkawinan silang balik  yang dilakukan adalah antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Kemudian menghasilkan jantan dan betina F2-6. Jantan F2-6 selanjutnya  dikawinkan dengan betina generasi kedua (F2) sehingga menghasilkan lele sangkuriang. Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi dari Afrika. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di BBPBAT Sukabumi.
·           Lele Lokal (Clarias batrachus)
Lele lokal merupakan ikan asli perairan Indonesia.
·           Lele Phyton
Lele python merupakan lele hasil perkawinan antara indukan betina lele Thailand dengan indukan jantan lele dumbo F6. Perkawinan induk tersebut menghasilkan lele yang mempunyai ciri warna dan bentuk kepala hampir mirip dengan ular python, yaitu mulut kecil dan kepala pipih memanjang dengan warna yang cerah. Ciri lainnya adalah lele python mempunyai ekor bulat dan sungut lebih panjang dibandingkan lele dumbo biasa.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Sabtu, 02 Februari 2013

PENYEBAB STRESS PADA IKAN

Gambar. Penyebab ikan stress
Stress adalah suatu keadaan sesaat pada ikan yang tidak mampu mengatur kondisi fisiologis yang normal karena berbagai faktor merugikan yang mempengaruhi kondisi kesehatannya. Dalam keadaan stress biasanya kemungkinan ikan untuk bertahan hidup sangat kecil karena nafsu makan menurun dan mudah terserang penyakit. Kalaupun ada ikan yang stress akan mengalami gangguan pada nafsu makan, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan ikan stress, yaitu :
A.      Menurut Adam (1990), penyebab stress pada ikan yaitu :
v  Perubahan Lingkungan (Environmental Changes)
Contoh : suhu, kepadatan, salinitas, perubahan tekanan air, polusi, pH, perubahan arus air, muatan-muatan sedimen, konsentrasi DO dan ketersediaan pakan.
v  Penanganan (Handling)
Contoh : pemeliharaan di tank, transportasi dan pemindahan ikan dengan serok/ember.
v  Penangkapan (Capture)
Contoh : pukat harimau, trammel net, gil net, set net dan hand line.

B.       Menurut Liviawati (1992), penyebab stress yaitu :
v  Stress Kimia
Contoh : konsentrasi oksigen rendah, konsentrasi karbondioksida tinggi, amonia, nitrit, sublethal dari insektisida dan pestisida maupun logam berat.
v  Stress Lingkungan
Contoh : suhu ekstrim, air terlalu jenuh dengan gas/intensitas cahaya yang berlebihan.
v  Stress Biologi
Contoh : aktivitas parasit eksternal maupun internal dan kondisi pakan tidak sesuai dengan kebutuhan ikan.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Jumat, 01 Februari 2013

PERMOHONAN PERSETUJUAN PRINSIP USAHA OBAT IKAN



Persetujuan Prinsip Izin Usaha Obat Ikan (PPIUOI) merupakan izin usaha yang diberikan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terhadap usaha obat ikan. Dengan adanya izin usaha tersebut maka kita dapat mendirikan atau melakukan usaha obat ikan sebagai produsen. Sehingga usaha obat ikan menjadi legal karena telah mendapatkan izin dari Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Walaupun legal tetapi produk-produk tersebut harus tetap didaftarkan untuk mendapatkan nomor registrasi atau pendaftaran obat ikan. Adapun syarat-syarat permohonan PPIUOI adalah sebagai berikut :
1.        Mengisi formulir permohonan persetujuan prinsip/permohonan izin usaha sebagai produsen
2.        Ada akta pendirian perusahaan (untuk CV dan PT sedangkan UD/perorangan tidak)
3.        Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
4.        Tanda pengenal impor dari BKMP (khusus PMA)
5.        Surat Keterangan Terdaftar dari Ditjen Pajak
6.        Tanda Daftar Perusahaan dari Dinas Setempat
7.        Surat Keterangan Domisi Usaha (Surat Keterangan Usaha dari Kelurahan)
8.        Surat Pernyataan memiliki tenaga dokter hewan (Ijazah terlampir)
9.        Izin HO (Gangguan)


FORMULIR PERMOHONAN PERSETUJUAN PRINSIP

KOP SURAT PERUSAHAAN

Nomor             :
Lampiran         : 1 (satu) berkas
Hal                  : Permohonan Persetujuan Prinsip

Kepada Yth.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
di-
      Jakarta

            Dengan ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip dalam rangka melakukan usaha obat ikan sebagai produsen obat ikan dengan data sebagai berikut:
I.         Identitas Perusahaan:
1.      Nama badan usaha (BUMN/BUMD/
Swasta/koperasi/perorangan *)           :
2.      Akte pendirian/legalitas hukum          : (terlampir)
3.      Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)   :
4.      Nama pimpinan/penanggung jawab    :
5.      Alamat kantor/telp/fax/email              :

II.      Rencana Kegiatan Usaha:
1.      Bidang usaha                                      :
2.      Rencana lokasi usaha                          :
3.      Rencana luas tapak (site plan) :
4.      Rencana investasi                                :
5.      Daftar obat ikan yang akan
Diproduksi/diedarkan                         : (terlampir)
6.      Izin-izin terkait yang dimiliki              : (terlampir)

Demikian permohonan kami sampaikan, atas bantuan dan persetujuan Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.

                                                                                          ..............., .............................
                                                                                                      Pemohon,




                                                                                                (Nama Lengkap & TTD)
*) Coret yang tidak perlu.       

KOP SURAT PERUSAHAAN

Lampiran 1.     : Daftar obat ikan yang akan diproduki/diedarkan

DAFTAR OBAT IKAN YANG AKAN DIPRODUKSI/DIEDARKAN 
No
Jenis Obat Ikan
Sub Jenis Obat Ikan
Bentuk Sediaan
Macam Sediaan
Kapasitas/Rencana (Kg/L/tahun)
Dicapai Tahun
1






2






3






4






 

KETERANGAN:
1.        JENIS OBAT IKAN (Biologik; Farmasetik; Premiks dan Obat alami)
2.        SUB. JENIS OBAT IKAN
·       Biologik (Vaksin dan Probiotik)
·       Farmasetik (Antibiotika dan Non Antibiotika)
·       Premiks (Imbuhan pakan antibiotika dan  Imbuhan pakan non antibiotika)
·       Obat alami (Herbal)
3.        BENTUK SEDIAAN (Kapsul; Serbuk dan Cairan)
4.        MACAM SEDIAAN (Oral; Injeksi; Perendaman dan Oles)

KEPADA :
DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jl. Harsono R.M. No. 3 Gedung B Lt. VI Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12550 Telp. (021) 7827844
 
BACA SELENGKAPNYA »»