Kamis, 20 Juni 2013

OBAT IKAN GOLONGAN OBAT KERAS

Gambar. Vaksin Ikan
Sumber : http://lib.noaa.gov
Dalam dunia perikanan terutama perikanan budidaya tidak pernah lepas dari yang namanya obat, baik obat alami (herbal) maupun obat kimia. Dimana obat tersebut digunakan untuk pencegahan, penanggulangan dan pengobatan ikan yang terserang penyakit seperti parasit, jamur, infeksi dan virus. Obat alami atau sering disebut obat herbal lebih aman penggunaannya daripada obat kimia. Hal ini dikarenakan obat alami tidak menimbulkan residu seperti obat kimia dan tidak berbahaya bagi ikan.
Berdasarkan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.20/MEN/2013 Tentang Klasifikasi Obat Ikan menyatakan bahwa obat ikan dibagi menjadi 3 jenis yaitu obat keras, obat bebas terbatas dan obat bebas (DKP & ASOHI, 2009). Obat ikan yang termasuk dalam golongan obat keras yaitu:
A.      Antibiotika
Di bawah ini adalah berbagai jenis antibiotik beserta derivat-derivat dan garam-garamnya :
1.           Albucid, sodium;
2.           Ampicillin, sodium;
3.           Ampicillin Thrihydrate;
4.           Aureomycin;
5.           Bacitracin;
6.           Carbenicilin disodium;
7.           Cephaloridine;
8.           Chlortetracycline;
9.           Cloxacillin, sodium;
10.       Colistin Sulfate;
11.       Cycloserine;
12.       Doxycline Hyclate;
13.       Emtrysidina;
14.       Enrofloxacin;
15.       Erythromycin;
16.       Fosfomicina;
17.       Furpyridinol;
18.       Gentamycin sulfate;
19.       Griseofulvin;
20.       Kanamycin;
21.       Lincomycin;
22.       Methacillin sodium;
23.       Neomycin;
24.       Novobiocin;
25.       Oleandomycin;
26.       Oxolinic Acid (Quinolon);
27.       Paromomycin;
28.       Penicilin, Potasium;
29.       Polymyxin B, Sulfate.
B.       Sulfonamida
Di bawah ini adalah berbagai jenis sulfonamida serta derivat-derivat dan garam-garamnya :
1.           Albucid, sodium;
2.           Sulfadiazine;
3.           Sulfadimethoxine Sodium;
4.           Sulfamethazine, Sodium;
5.           Sulfamonomethxine;
6.           Sulfanilamide;
7.           Sulfisoxazole;
8.           Trimethoprim.
C.       Obat-obat anti bakteri yang lain
Di bawah ini adalah obat-obat antibakteri serta derivat-derivat dan garam-garamnya :
1.         Acriflavine (hydrochloride dan neutral);
2.         Basic Bright Green, Oxalate;
3.         Benzentonium chlorida;
4.         Cloxacillin, Sodium;
5.         Merthiolate;
6.         Nifurpyrinol;
7.         Nifurprazine HCL.
D.      Obat-obat antelmintika
Di bawah ini adalah obat-obat antelmintika serta derivat-derivat dan garam-garamnya :
-       Antimony Potassium tartrate.
E.       Obat-obat anti protozoa
Di bawah ini adalah obat-obat antiprotozoa serta derivat-derivat dan garam-garamnya :
-       Acetarsone.
F.        Obat-obat anesthesi tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garamgaramnya :
1.         Ether;
2.         MS-22 (tricaine methanesulfonate);
3.         Propoxate;
4.         Quinaldine sulfate.
G.      Vaksin :
1.         Vaksin Aeromonas;
2.         Vaksin Vibrio.
H.      Imunostimulan (Sediaan Biologi) :
1.         LPS;
2.         Glucan
I.         Hormon:
-       17 – Methyl

Daftar Pustaka:
DKP dan ASOHI. 2009. Indeks Obat Ikan (INOI). Jakarta : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan.  
BACA SELENGKAPNYA »»  

Sabtu, 08 Juni 2013

HEMATOLOGI IKAN

Gambar. Hematologi Ikan
Sumber : http://www.microscopy-uk.org.uk 
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah, organ-organ pembentuk darah dan penyakit darah baik pada manusia dan binatang mammalia.
Pada ikan, penelitian tentang profil darah lebih banyak dikaitkan dengan timbulnya sistem kekebalan tubuh karena adanya suatu perlakuan seperti pemberian hormon dan immunostimulan. Di Karantina Ikan sendiri, penggunaan hematologi sebagai metoda diagnosa penyakit ikan belum banyak digunakan walaupun sudah direkomendasikan oleh Dr. MB. Malole pada tahun 2006 dalam standar diagnosa penyakit ikan golongan virus.
Pemeriksaan profil darah pada ikan dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, mudah dan relatif murah bila dibandingkan dengan metoda lain yang memerlukan sarana mahal seperti immunohistopatologi dan PCR. Bila metoda ini dapat dikembangkan sebagai metoda diagnosa penyakit ikan, tentunya akan sangat bermanfaat bagi UPT-UPT yang masih kekurangan sarana serta para petugas karantina ikan yang bekerja di wilayah-wilayah kerja yang minim fasilitas.
Permasalahannya adalah bahwa sampai saat ini penelitian tentang hematologi sebagai metoda diagnosa penyakit ikan belum banyak dikembangkan, sehingga kita belum dapat mengetahui seperti apa sebenarnya profil darah pada ikan yang terserang patogen. Untuk dapat mengetahui profil darah pada ikan yang terserang patogen, maka hal pertama yang harus kita ketahui adalah profil darah pada ikan normal. Namun sampai sejauh ini sayangnya negara kita belum memiliki data dasar profil darah pada ikan jenis apapun. Menurut Cho, B.Y (dalam Anonim, 2006) jumlah sel darah merah pada ikan normal adalah 1,05-3 juta sel/mm3 dan jumlah sel darah putih adalah 15.000-300.000 sel/mm3. Sedang menurut Anonim (2008) jumlah sel darah sangat bervariasi tergantung species dan kondisi kesehatan ikan dalam species tersebut.
Pada ikan-ikan musim empat seperti rainbouw trout jumlah sel darah merah berkisar antara 0,77 hingga 1,58 x 106 sel/mm3 dan jumlah sel darah putih antara 7,8-20,9 x 106 sel/mm3, dengan komposisi sel darah merah dan sel darah putih pada ikan normal antara 96-98% : 2-3,5%. Pemeriksaan profil darah untuk mengetahui serangan patogen dimungkinkan karena menurut Malole (2006) walaupun ikan adalah vertebrata yang paling primitif tetapi memiliki sistem immun untuk melindungi diri terhadap infeksi. Ikan-ikan yang hidup di lingkungan hangat (warm environment) membutuhkan respons immun yang sangat sempurna karena semua agen patogen pada ikan yaitu partikel virus, bakteri, fungi, toxin dan parasit mengandung antigen. Sedangkan menurut Wuryastuti (1998), pemeriksaan darah pada ikan merupakan salah satu prosedur yang dapat mempunyai arti penting terutama dalam meyakinkan diagnosis dan membantu prognosis.
Peningkatan kekebalan tubuh pada ikan sehat yang berpotensi karier maupun ikan terinfeksi virus dapat dilakukan melalui pemeriksaan jumlah sel darah dan differensiasi Leukosit. Lagi menurut Malole (2006) ikan yang mengalami serangan penyakit akan meningkatkan kekebalan tubuhnya dengan memperbanyak sel darah putih sehingga konsentrasi darah putih akan meningkat dari kadar normal. Sedangkan penghitungan komposisi sel darah putih dapat digunakan untuk diagnosa awal serangan penyakit ikan dengan hipotesa sebagai berikut :
􀂈 Apabila terdapat banyak lymposit dan monosit maka dicurigai ikan tersebut terinfeksi virus;
􀂈 Apabila terdapat banyak eosinofil ikan dicurigai terinfeksi parasit;
􀂈 Apabila terdapat banyak netrofil ikan dicurigai terinfeksi bakteri;
􀂈 Apabila terdapat banyak basofil ikan dicurigai terinfeksi jamur (Malole, 2006).
Darah adalah jaringan yang tersusun dari sel-sel yang disirkulasikan dalam bentuk medium cair, plasma dan pada beberapa invetrebrata disebut haemolymph. Darah berfungsi mendistribusikan oksigen, sari makanan dan sisa-sisa produk buangan (eksetori) ke seluruh, antar dan dari jaringan-jaringan dan organ tubuh. Darah disirkulasikan oleh aktivitas otot-otot dipembuluh darah dan jantung (Murwantoko, 2007). Sel darah terdiri dari dua komponen utama yaitu sel darah merah dan sel darah putih.
Sel darah merah
Sel darah merah atau erithrosit merupakan sel-sel yang berinti dan mengandung pigmen warna haemoglobin (protein berpigmen merah). Erithrosit bertugas untuk mendistribusikan gas-gas terutama oksigen ke seluruh bagian tubuh. Molekul oxygen dibawa dalam molekul haemoglobin dalam sel. Haemoglobin adalah sebuah protein besar yang terdiri dari 4 sub unit protein yang lebih kecil yaitu dua rantai alpha dan dua rantai beta yang dihubungkan dengan 4 cincin haeme dan satu atom Fe yang meng- hubungkan keempat cincin haeme. Masing-masing sub unit protein tersebut bertugas membawa satu molekul oksigen. Erithrosit pada ikan terdiri dari dua kelompok yaitu erithrosit yang sudah matang (mature erythrocyte) yang berbentuk memanjang, bulat panjang atau oval dengan inti terletak di tengah dan erithrosit yang belum matang (immature eryhtrocyte) biasa juga disebut polychromatocytes yang berbentuk lebih membulat, dengan inti sel yang lebih besar.
Jumlah erithrosit pada ikan sangat bervariasi tergantung pada species dan kondisi kesehatan ikan dalam species tersebut, sebagai contoh pada ikan Rainbouw Trout (Oncorhynchus mykiss) jumlah erithrosit berkisar antara 0.77 hingga 1.58 x 106 sel /mm3. Sedangkan komposisi erithrosit dalam darah ikan Sea Bass (Dicentrarchus labrax) adalah sebanyak 96.5%, pada ikan White Bream (Diplodus sargus) sebanyak 96.5% dan pada ikan Saupe (Sarpa salpa) sebanyak 98%.
Ukuran erithrosit bervariasi antara 10-15μm atau 8-12 μm dengan jumlah sel yang immatur relatif sedikit dibanding sel yang mature. Leukosit ikan merupakan bagian dari sistim pertahanan tubuh yang bersifat non spesifik. Leukosit beredar dalam berbagai tipe di saluran darah. Leukosit beredar lebih sedikit jumlahnya dibanding sel darah merah, namun dalam keadaan infeksi bakteri, netrofil akan meningkat dengan hebat. Sedangkan pada infeksi viral jumlah netrofil menurun dan limposit meningkat. Menurut Blaxhall (1972 dalam Hendriyanto, 2007) Perubahan nilai leukosit dan hitungan jenis leukosit dapat dijadikan indikator adanya penyakit infeksi tertentu yang terjadi pada ikan. Leukosit umumnya terdapat dalam aliran darah biasa dikelompokkan menjadi granulosit dan agranulosit Granulosit ditandai dengan adanya granula yang khas dalam sitoplasmanya.
Berdasarkan reaksinya terhadap pewarnaan, terdapat tiga jenis granulosit yaitu : netrofil, eosinofil dan basofil. Netrofil granularnya halus dan bening (tidak menyerap warna). Eosinofil granularnya kasar berwarna merah (menyerap warna asam) dan basofil granular agak lebih halus dari eosinofil warna biru (menyerap basa). Granulosit pada ikan berbeda dengan mamalia. Tiap spesies ikan menunjukkan variasi bentuk dan reaksi pewarnaan sehingga sampai saat ini belum dapat ditetapkan nomenklaturnya. Namun berdasarkan morfologi dan kesamaan fungsinya dengan mamalia, granulosit ikan masih digolongkan menjadi neutrofil, eosinofil & basofil.
Sedangkan agranulosit meliputi limfosit dan monosit. Limfosit intinya lebih besar dibandingkan dengan sisa sitoplasmanya adalah limfosit besar sedangkan limfosit kecil intinya kecil daripada sisa sitoplasmanya dan untuk monosit ukurannya relatif lebih besar dan intinya tunggal seperti kacang. Limfosit yang intinya lebih besar dibandingkan dengan sisa sitoplasmanya adalah limfosit besar, sedangkan limfosit kecil intinya kecil daripada sisa sitoplasmanya (VI-3-9).
Lymposit merupakan sel-sel respon pertahanan tubuh terpenting pada ikan dan diklasifikasikan dalam 2 sub-klas yaitu Sel T dan Sel B. Sel B mempunyai kemampuan untuk bertranformasi menjadi sel plasma yaitu sel yang memproduksi antibodi. Sedangkan sel T sangat berperan dalam mengontrol respon imun. Monosit ukurannya relatif lebih besar dan intinya tunggal seperti kacang (VI-3-11). Monosit berperan penting sebagai fagosit utama yang menghancurkan patogen.
Penghitungan jumlah sel darah dan differensiasi leukosit
Penghitungan jumlah sel darah dilakukan pada kamar hitung Neubaeur dengan menggunakan cairan pengencer Hayem untuk sel darah merah dan Turk untuk sel darah putih yang dihitung dengan. Darah ikan diambil dengan spuit yang telah diberi antikoagulan, kemudian dihisap dengan pipet pengencer sampai ke batas tera (0,5). Tambahkan cairan pengencer Hayem atau Turk kemudian hisap sampai batas tera 101 untuk sel darah merah dan 11 untuk sel darah putih. Homogenkan cairan dalam pipet dengan cara membuat gerakan bolak balik seperempat lingkaran atau gerakan angka delapan, posisi pipet mandatar. Kemudian teteskan cairan ke ujung kaca penutup pada kamar hitung, biarkan sampai sel darah mengendap dengan sempurna dan lihat di mikroskop.
Penghitungan dapat dilakukan apabila penebaran sel telah merata. Sel darah merah dihitung pada kotak-kotak yang terdapat ditengah kamar hitung, yaitu pada empat kotak pojok dan kotak tengah sedangkan sel darah putih dihitung pada 4 x 16 kotak yang terdapat di empat sudut kamar hitung. Hasil Penghitungan Akhir (HPA) jumlah sel darah merah : n x 10.000 dihitung sebagai jumlah per ml3. sedangkan HPA sel darah putih n x 40 dihitung sebagai jumlah per ml3.
Untuk melakukan differensiasi leukosit digunakan metoda preparat ulas darah dan diberi pewarnaan giemsa. Darah dengan atau tanpa antikoagulan diteteskan di atas objek glass, kemudian diratakan dengan menggunakan ujung objek glass lainnya ke sepanjang permukaan objek glass dan biarkan kering. Fiksasi pada methanol selama 5 menit dan biarkan kering, kemudian rendam dalam giemsa 10% selama 30-60 menit, angkat dan keringkan. Cuci dengan aquades atau alir mengalir dan keringkan. Tetesi dengan immersi oil, amati di mikroskop. Masing-masing jenis darah putih dihitung pada area tepi ulas darah. Penghitungan dilakukan hingga sel darah ke-100. Kemudian masing-masing darah dipersentasekan.
Hematologi ikan sebagai metoda diagnosa penyakit memang belum banyak digunakan, namun apabila dapat dikembangkan akan sangat membantu pelaksanaan tindakan karantina ikan khususnya tindakan pemeriksaan di laboratorium. Metoda ini dapat diaplikasikan di UPT dan Satker Karantina Ikan yang masih minim fasilitas sekaligus akan mampu membantu memecahkan masalah pemeriksaan penyakit ikan pada ikanikan bernilai ekonomis tinggi yang tidak mungkin dilakukan pembedahan.

Daftar Pustaka
Herlina, T. 2008. Hematologi. InfoKarikan Vol. 5 No. 1 | April 2008 | 30.
BACA SELENGKAPNYA »»